Kali ini saya coba ingin membuat sebuah cerita pendek menurut pengalaman yang saya alami tadi pagi. Langsung saja ini dia the first dengan judul Di Ujung Lorong. Enjoy yah, setelah membacanya diharap tenang, tidak mengerutkan dahi dan tetap stay cool. Ok.
Hari ini aku ada janji dengan temanku, Ippank untuk menyelesaikan tugas laporan KKLP kita yang wajib dikumpul besok lusa. Di perjalanan ke rumahnya, tak seperti biasa yang aku lihat di pinggiran jalan banyak sekali terpampang sebuah foto-foto potret diri di tiang listrik, di pohon, di tembok pertokoan padahal kemarin aku lewat jalan ini masih bersih kok.
Hari ini aku ada janji dengan temanku, Ippank untuk menyelesaikan tugas laporan KKLP kita yang wajib dikumpul besok lusa. Di perjalanan ke rumahnya, tak seperti biasa yang aku lihat di pinggiran jalan banyak sekali terpampang sebuah foto-foto potret diri di tiang listrik, di pohon, di tembok pertokoan padahal kemarin aku lewat jalan ini masih bersih kok.
Gambar foto-foto itu membuatku tersenyum cengingisan betapa tidak wajahnya beda-beda ada yang sudah tua, sudah keriput, ada yang masih muda mungkin seumuran aku, bergaya bagai model. Tersenyum dengan aura ambisi yang kental menurutku. Sudah sekitar 3 kilo, masih saja gambar foto-foto yang membosankan itu terpampang dengan rapi sampai akhirnya di depan warung kopi Putri tidak ada lagi. Ada-ada saja mereka, memasang gambarnya dengan seenaknya tanpa mau tahu kalau itu dapat merusak keindahan dan kebersihan kota. Pasang sana pasang sini dengan seenaknya, padahal ada aturannya tempat yang diperbolehkan.
Akhirnya sampai juga di rumah Ippank. "kenapa lama sekali Panca ? dari tadi aku tunggu". Teriak Ippank menyambutku di depan pagar rumahnya. "Iya nih, tadi aku agak lambat naik motornya karena sambil liat-liatin baliho para Caleg DPRD itu di pinggir jalan. Dengan entengnya mereka berkata pada balihonya mensejahterakan rakyat, pengawal aspirasi rakyat, pilih yang cerdas,muda,profesional. Dasar Caleg Baliho...mereka kebanyakan cuma bisa berjanji lewat baliho itu, turun dong langsung ke warganya sosialisasi". Ujarku. Ippank cuma bisa ketawa, seakan itu sudah lumrah baginya.
"Ahhhhhh,akhirnya selesai juga". Teriakku dengan semangat. Setelah itu aku langsung pulang ke rumah dan aku harus melewati jalan itu lagi. Ketika melewatinya, aku melihat diantara puluhan baliho itu, ada satu baliho yang membuatku sangat penasaran bentuk model dan isinya. Ukurannya paling kecil dibanding yang lain, tapi menarik buatku. Terpasang di ujung lorong itu dan jauh dari jalan raya. Aku mendekatinya...dan kemudian...ehhh hmmmm...ee..mmm..Huehuehue sowry yah bersambung dulu. capek nih nulis tengah malam udah ngantuk banget.
Akhirnya sampai juga di rumah Ippank. "kenapa lama sekali Panca ? dari tadi aku tunggu". Teriak Ippank menyambutku di depan pagar rumahnya. "Iya nih, tadi aku agak lambat naik motornya karena sambil liat-liatin baliho para Caleg DPRD itu di pinggir jalan. Dengan entengnya mereka berkata pada balihonya mensejahterakan rakyat, pengawal aspirasi rakyat, pilih yang cerdas,muda,profesional. Dasar Caleg Baliho...mereka kebanyakan cuma bisa berjanji lewat baliho itu, turun dong langsung ke warganya sosialisasi". Ujarku. Ippank cuma bisa ketawa, seakan itu sudah lumrah baginya.
"Ahhhhhh,akhirnya selesai juga". Teriakku dengan semangat. Setelah itu aku langsung pulang ke rumah dan aku harus melewati jalan itu lagi. Ketika melewatinya, aku melihat diantara puluhan baliho itu, ada satu baliho yang membuatku sangat penasaran bentuk model dan isinya. Ukurannya paling kecil dibanding yang lain, tapi menarik buatku. Terpasang di ujung lorong itu dan jauh dari jalan raya. Aku mendekatinya...dan kemudian...ehhh hmmmm...ee..mmm..Huehuehue sowry yah bersambung dulu. capek nih nulis tengah malam udah ngantuk banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar