Hasil akhir pertandingan Jerman vs Inggris piala dunia 2010 yaitu kekalahan telak Inggris dari Jerman dengan skor 4-1 menyebabkan isu teknologi video langsung menjadi isu panas beberapa saat setelah laga perdelapan final PD 2010 antara Inggris dan Jerman yang berlangsung di Free State Stadium, Bloemfontein, Minggu (27/6) sore, usai. Pemicunya, gol “sah” Frank Lampard yang luput dari pengamatan hakim garis Mauricio Espinosa dan wasit Jorge Larrionda.
Tak kurang dari pelatih Inggris, Fabio Capello yang sangat geram menyikapi keputusan Larrionda dan Espinosa. Menurut sumber, saat melihat kembali tayang ulang gol Lampard di saat turun minum, Larrionda hanya bisa mengucap kalimat, “Oh my God”.
Isu teknologi video tak luput dari telinga Presiden FIFA, Sepp Blatter yang duduk di boks VIP. Dalam kesempatan itu pun, Blatter melihat kembali tayang ulang “gol” Frank Lampard. Seperti halnya ratusan juta penonton lainnya di muka bumi yang melihat langsung tayang ulang insiden yang terjadi di menit ke-38 babak pertama itu, Blatter pun tampak setuju jika sejatinya gol Lampard disahkan pengadil di lapangan.
Namun, Blatter menolak kemungkinan penggunaan goal-line technology atau tayang ulang video dalam partai resmi. Blatter menunjuk masuknya teknologi akan mengurangi “human element” dalam permainan sepakbola itu sendiri.
Pernyataan Blatter mendapat dukungan dari anak buahnya, Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke yang menggelar konferensi pers di Johannesburg. Valcke menggarisbawahi keberatan FIFA terkait penggunaan teknologi video untuk membantu para pengadil di lapangan. Alasannya, klaim Valcke, sepakbola tidak mungkin mempunyai sistem yang bakal bebas (murni) dari kesalahan (zero-fault system).
“Jika Anda melihat kembali laga tersebut, Anda dapat mengatakan jika putusan (wasit) itu keliru. Tapi, kami tidak mungkin mempunyai sistem yang bebas dari kesalahan di ajang Piala Dunia. Mungkin, penambahan jumlah asisten (hakim garis) bisa terlaksana di PD 2014 untuk memastikan hal-hal seperti itu tidak akan terulang kembali,” tegas Valcke.
FIFA sendiri menolak penggunaan teknologi video dalam pertemuan International Football Association Board (IFAB) pada Maret lalu. Dari dewan direksi IFAB, yang terdiri dari empat perwakilan Home Nations dan empat dari FIFA, suara yang menolak pemakaian teknologi video berjumlah enam suara berbanding dua suara. Yang setuju di antaranya Blatter dan Valcke. Sementara, yang mendukung penggunaan teknologi adalah FA Inggris dan FA Skotlandia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar