Imanda Amalia, 24 tahun, mendadak menjadi populer. Ini lantaran namanya disebut sebagai korban tewas dalam peristiwa berdarah di Mesir. Beberapa media televisi telah mewawancarainya, termasuk media Mesir. “Tapi untuk media Mesir karena pakai bahasa Arab jadi terputus,” kata Imanda kepada Tempo, Jumat 4 Februari 2011 dengan nada tenang.
Tak hanya media. Imanda, juga kebanjiran telepon untuk konfirmasi. Termasuk diantaranya United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pengungsi, juga mengontak dirinya. “Berita itu hoax, Imanda Amalia itu bukan saya yang mahasiswa UGM,”kata Imanda.
Imanda mengaku berasal dari Mataram. Ia tercatat sebagai mahasiswa S2 manda tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran angkatan 2010.
Lagipula, Imanda mengaku, seseorang yang kebetulan namanya sama dengan identitasnya lebih tua dibanding dirinya. Imanda yang mahasiswa UGM ini masih berumur 24 tahun, berbeda dengan Imanda yang disebut-sebut staf UNWRA, berkewarganegaraan Australia dengan umur 28 tahun. Perempuan kelahiran Mataram, 25 Mei 1987 ini mengaku belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya di Mesir.
Kabar menghebohkan itu muncul setelah pesan memilukan itu pertama kali dimunculkan Pumy Kusuma, teman Imanda, lewat akun Facebook Science of Universe. Dalam postingan disebutkan pula, pesan Imanda dalam Blackberry-nya. "Kami terjebak dalam baku tembak.... Ambulans tertembak. Terkena lemparan batu. Belum bisa dievakuasi karena massa makin memanas .... Please, doakan Manda dan kawan-kawan,".
Sejak itu, kabar bahwa ia tewas di tengah baku tembak di Kairo tersebut menjalar cepat di Facebook, Twitter, milis, dan portal-portal berita di Indonesia.
Imanda, disebut-sebut sebagai perempuan asal Indonesia itu--tapi disebut-sebut telah menjadi warga negara Australia--menyerahkan hidupnya untuk mengurus pengungsi di Gaza. Disebutkan pula, Imanda adalah lulusan Universitas Gadjah Mada ini anggota staf United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani pengungsi, sejak 7 Juli 2010.
Akibat kabar itu, sepanjang Kamis kemarin, Kementerian Luar Negeri dibuat sibuk untuk mencari kebenaran soal Imanda Amalia. Namun informasi tak jua berbuah hasil.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan, tak ada warga negara Indonesia di Kairo atas nama Imanda Amalia. Pun juga tak ada WNI yang jadi korban meninggal di Kairo. Marty juga mengaku berupaya melakukan verifikasi kepada kantor UNRWA di Amman Yordania dan Newyork, Amerika Serikat. Namun mereka menyebutkan tidak staf UNRWA atas nama Imanda.
Marty menegaskan, namun pemerintah akan terus berupaya mencari informasi yang pasti. Sehingga tidak terjadi simpang siur dimasyarakat. Hingga saat ini pemerintah belum mendapatkan aduan soal adanya keluarga di dalam negeri yang kehilangan anggota keluarganya, bernama Imanda Amalia.
Imanda mengaku mengetahui kehebohan ini setelah Ustadnya di Pondok Assalam menelpon dan menanyakan dirinya. “Apakah saya baik-baik saja,”katanya.
Ustad itu menurut pengakuan Imanda mendapat kontak dari reporter televisi swasta menanyakan kebenaran Imanda Amalia. Lantaran belum pernah menginjakkan kakinya di Mesir, maka Imanda mengatakan identitas itu salah. Lagipula foto yang terpasang di akun facebook juga bukan dirinya. “Jelas wajahnya bukan saya,”katanya.
Imanda mengaku tidak sedikitpun cemas atau takut setelah kabar menghebohkan. Adapun keluarganya hanya tertawa dengan kabar simpang siur ini. “Karena mereka tahu saya di Jogja dan baik-baik saja,”katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar